hemmh.....

hemmh.....
Kebersamaan Menjadi Modal Utama

Selasa, 15 Januari 2013

Masa'ilul Fiqhiyah



MASA’ILUL FIQHIYAH

A.            PERKAWINAN LELAKI MUSLIM DENGAN BUKAN MUSLIMAH
Latar Belakang
Dewasa ini sedang ngetrennya artis kita ( muslimah ) kawin dengan bule ( non muslim ) dan pada saat aqad nikah akan dilaksanakan, si bule menyatakan masuk islam didepan pak penghulu, tetapi dikemudian hari dia menyatakan hanya pura pura masuk islam yang bertujuan agar bisa menikahi artis tadi.

Pertanyaan.
·           Bagaimana hukum / status pernikahan mereka ? Seandainya tidak sah, apakah si artis wajib mengembalikan mahr ? dan kalau mereka telah melakukan hubungan badan, apakan si artis dihukumi berbuat zina ? ( dengan ketidaktahuan akan kepura puranya islam si bule tadi ).
·           Boehkah bagi seorang wanita muslimah menikah dengan laki laki yang masih diragukan keislamannya ?
Jawaban.
Nikahnya dihukumi sah sejak awal bila pada saat mengucapkan sahadat tidak ada sesuatu yang menafikan sahadatnya. ( yang bersifat ucapan atau perbuatan ). Namun setelah adanya pengakuan dari bule, nikahnya rusak ( faskh ) dengan sendirinya.
اسعاد الرفيق الجزء الأول ص: 16-17
إتحاد سادة المتقين الجزء الثانى ص:246-
الدرجة السادسة: أن يقول بلسانه لآإله إلا الله محمد الرسول الله ولكن لم يصدق بقلبه فلا نشك فى أن هذا فى حكم الآخرة من الكفار وأنه مخلد بالنار ولا نشك فى أنه فى حكم الدنيا الذى يتعلق بالأئمة والولاة من المسلمين لأن قلبه لا يطلع عليه وعلينا أن نظن به أنه ما قاله بلسانه إلا وهو منطو عليه فى قلبه وإنما نشك فى أمر ثالث وهو الحكم الدنيوى فيما بينه وبين الله تعالى وذلك بان يموت له فى الحال قريب مسلم ثم يصدق بعد ذلك بقلبه ثم يستفتى ويقول كنت غير مصدق حالة الموت والميراث الآن فى يدى وهل يحل لى بينى وبين الله تعالى او نكح مسلمة ثم صدق بقلبه هل تلزمه إعادة النكاح هذا محل نظر فيحتمل ان يقال أحكام الدنيا منوطة بالقول الظاهر ظاهرا وباطنا ويحتمل ان يقال تناظ بالظاهر فى حق غيره لأن باطنه غير ظاهر لغيره وباطنه ظاهر له فى نفسه بينه وبين الله تعالى والأظهر والعلم عند الله تعالى إنه لا يحل له ذلك الميراث ويلزمه إعادة النكاح.
3. نهاية الزين ص: 307
و لو اقر الزوج بما يمنع صحة النكاح فسخ مؤاخذة له بقوله هذة الفرقة لا تنقص عدد الطلاق وعليه المهر ان دخل بها والا فنصفه ولا يرثها و ورثته لكن بعد حلفها وجوبا انه عقد بعدلين . إهـ
4. جمل على المنهج الجزء الرابع ص:143
( فإن أقر الزوج ) دون الزوجته ( به فسخ ) النكاح لإعترافه بما يتبين به بطلان نكاحه ( وعليه المهر إن دخل ) بها ( وإلا فنصفه ) إذ لا يقبل قوله عليها فى المهر وقولى فسخ هو المراد بقوله فرق بينهما فهى فرقة فسخ لا طلاق ولا تنقص عدد الطلاق كما لو اقر بالرضاع وتعبيرى بما يمنع صحته أعم من تعبيره بالفسخ (قوله فإن أقر الزوج إلخ ) هذا مفهوم الزوجين اى أما الزوج فقط او الزوجة فقط فكذا إهـ ( قوله فسخ النكاح ) اى يتبين بطلانه لا أنه بفسخ فاسخ إهـ ( وهو المراد بقوله فرق بينهما ) أوله السبكى بالحكم بالبطلان وظاهر أنه لابد من الحكم بالبطلان ولا يكفى قوله فرقت بينكما لكن تعبيره هنا بفسخ يقتضى أنه لابد من فاسخ وأن العقد الأول صحيح وليس كذلك إهـ ح ل بل ينفسخ العقد من غير فاسخ بمجرد الإقرار فلو قال انفسخ النكاح لكان أولى إهـ برماوى.


Tafshil : Bila batal dari awal maka :
·           Jika belum pernah di wathi maka wajib mengembalikan mahar.
·           Jika sudah pernah di wathi dan mahar yang diterima sesuai dengan mahar mistilnya maka tidak wajib mengembalikan, namun bila lebih dari mahar mistil maka harus dikembalikan. Bila batal akibat iqror suami akan kekufurannya maka istri tidak wajib mengembalikan mahar bila sudah pernah di wathi dan wajib mengembalikan separo dari mahar musamma bila belum pernah di wathi .
المحلى الجزء الثالث ص : 263 – 264
لو انفسخ النكاح بردة بعد وطء بان لم يجمعهما الإسلام فى المدة فالمسمى لتقرره بالوطء ولا يرجع الزوج بعد الفسخ بالمهر الذى غرمه بالدخول على من عزه فى الجديد والقديم يرجع به للتدليس عليه بإخفاء العيب المقارن للعقد اما الحادث بعد اذا فسخ به فلا يرجع بالمهر فيه قطعا لانتفاء التدليس وسواء على القديم كان المغروم مهر المثل ام المسمى واغارم الولي ام الزوجة بان سكت عن العيب وكانت اظهرت له ان الوج عرفه .إهـ

B.             KELUARGA BERENCANA DAN KEPENDUDUKAN
C.             ABORTUS (PENGGUGURAN KANDUNGAN), STERILISASI, DAN MENTRUAL REGULATION.
D.            MONOGAMY DAN POLYGAMY
1.      Mohogamy
2.      Poligamy
PRO KONTRA RUU PERKAWINAN
Deskripsi Masalah
         Diantara daftar Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) tahun 2010 ini, Kementerian Agama berencana mengesahkan Rancangan Undang Undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan yang meliputi ketentuan nikah sirri (perkawinan di bawah tangan), nikah mut’ah (kawin kontrak), poligami dan thalaq (cerai). Beberapa pasal dalam draft RUU tersebut juga memuat ketentuan pidana kurungan mulai 6 bulan hingga 3 tahun, serta denda mulai Rp 6 juta hingga Rp 12 juta misalnya pada:
ü Pasal 143 Setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan pejabat pencatat nikah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
ü Pasal 144 Setiap orang yang melakukan perkawinan mutah sebagaimana dimaksud pasal 39 dihukum dengan penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan perkawinannya batal karena hukum;
ü Pasal 145 Setiap orang yang melangsungkan perkawinan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
ü Pasal 146 Setiap orang yang menceraikan istrinya tidak di depan sidang pengadilan sebagaimana dalam pasal 119 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
ü Pasal 147 Setiap orang yang melakukan perzinaan dengan seorang perempuan yang belum kawin sehingga menyebabkan perempuan tersebut hamil sedang ia menolak mengawininya dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan.
Menurut RUU tersebut, perkawinan yang tidak dilangsungkan di hadapan pejabat pencatat nikah tidak memiliki kekuatan hukum sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal berikut :
ü Pasal 4 Setiap perkawinan wajib dicatat oleh pejabat pencatat nikah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ü Pasal 5 (1) Untuk memenuhi ketentuan pasal 4 setiap perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan pejabat pencatat nikah.
ü Pasal 5 (2) Perkawinan yang tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan ayat (1) tidak mempunyai kekuatan hukum.              
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam KHI (kompilasi Hukum Islam) Pasal 5-6  sebagai berikut :
ü Pasal 5 (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
ü Pasal 5 (2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1),  dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun 1954.
ü Pasal 6 (1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap  perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.
ü Pasal 6 (2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum.
Draft RUU tersebut dimaksudkan sebagai wujud perlindungan akibat buruk pada pihak-pihak yang menjadi korban. Misalnya nikah sirri, kawin kontrak dan poligami dipandang banyak merugikan perempuan dan sering disalahgunakan menjadi perzinaaan terselubung yang dimanfaatkan sebagai media singgahan pemuasan dan pelampiasan seks tanpa tanggung jawab yang berakibat istri dan anak-anak terlantar, tidak ada pengakuan dari istri pertama dll. RUU ini juga diharapkan akan mempermudah istri atau anak memperoleh haknya secara hukum positif seperti hak warisan, hak perwalian,tunjangan kesehatan, pembuatan KTP atau paspor dll.
Kendati demikian, khusus RUU nikah sirri dan poligami tersebut mendapat respon penolakan keras dari belbagai kalangan karena di samping dinilai menyudutkan dan mempersulit amaliah umat Islam, RUU tersebut juga dikhawatirkan justru akan mengobsesi seseorang memilih melakukan zina ketimbang harus menikah. Lebih dari itu, pemidanaan dengan denda dan atau hukuman penjara terhadap perkawinan tanpa dokumentasi itu dinilai berlebihan, karena praktek nikah sirri sebenarnya hanya merupakan pelanggaran administratif keperdataan, yaitu melanggar pasal 2 UU 1/1974 tentang perkawinan, bukan bentuk pelanggaran pidana sehingga tidak proporsional jika harus dikriminalisasi.
Pertanyaan
a.       Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, dapatkah dibenarkan pemberlakuan pasal nikah sirri dan poligami di atas?
b.      Bagaimana hukum pemidanaan pelanggaran UU nikah sirri dan poligami di atas?
c.       Jika pemerintah benar-benar memberlakukan, bagaimana konsekuensi hukum perkawinan atau perceraian yang melanggar pasal nikah sirri dan poligami di atas?
Sail : PP. Langitan & Panitia
Jawaban
a.       UU Perkawinan sesuai yang tertuang dalam KHI yang membatasi pernikahan siri dengan tidak mengesahkannya tidak dapat dibenarkan karena menganggap batal pernikahan yang sudah sah sesuai syara'.
b.      Gugur
c.       Gugur

REFERENSI
1.   Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 6674
2.   Bughyah al Mustarsyidin hal. 271
3.  At Tasyri' al Jana'i, vol. 1, hal. 254
4.     Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 339

1.   الفقه الإسلامي الجزء التاسع  صـ 6674
الدعوة إلى جعل تعدد الزوجات بإذن القاضي ظهرت دعوات جديدة في عصرنا تمنع تعدد الزوجات إلا بإذن القاضي ليتأكد من تحقق ما شرطه الشرع لإباحة التعدد، وهو العدل بين الزوجات والقدرة على الإنفاق لأن الناس وخصوصاً الجهلة أساؤوا استعمال رخصة التعدد المأذون بها شرعاً لغايات إنسانية كريمة لكن تولى المخلصون دحض مثل هذه الدعوات لأسباب معقولة هي ما يأتي (1) 1- إن الله سبحانه وتعالى أناط بالراغب في الزواج وحده تحقيق شرطي التعدد، فهو الذي يقدر الخوف من عدم العدل، لقوله تعالى: {فإن خفتم ألا تعدلوا، فواحدة} [النساء:3/4] فإن الخطاب فيه لنفس الراغب في الزواج، لا لأحد سواه، من قاض أوغيره، فيكون تقدير مثل هذا الخوف من قبل غير الزوج مخالفاً لهذا النص. وكذلك البحث في توافر القدرة على الإنفاق، فإنه منوط بالراغب في الزواج، لقوله «يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج..» فهو خطاب للأزواج، لا لغيرهم. 2 - إن إشراف القاضي على الأمور الشخصية أمر عبث، إذ قد لا يطلع على السبب الحقيقي، ويخفي الناس عادة عنه ذلك السبب فإن اطلع على الحقائق كان اطلاعه فضحاً لأسرار الحياة الزوجية، وتدخلاً في حريات الناس، وإهداراً لإرادة الإنسان، وخوضاً في قضايا ينبغي توفير وقت القضاة لغيرها، ومنعاً وأمراً في غير محله، فالزواج أمر شخصي بحت، يتفق فيه الزوجان مع أولياء المرأة، لا يستطيع أحد تغيير وجهته، وتبديل قيمه. وإن أسرار البيت المغلقة لا يعلم بها أحد غير الزوجين.
2.   بغية المسترشدين  صـ 271 دار الفكر
فائدة حكم العرف والعادة حكم منكر ومعارضة لأحكام الله ورسوله وهو من بقايا الجاهلية في كفرهم بما جاء به نبينا محمد عليه الصلاة والسلام بإبطاله فمن استحله من المسلمين مع العلم بتحريمه حكم بكفره وارتداده واستحق الخلود في النار نعوذ بالله من ذلك اهـ فتاوى بامخرمة. ومنها يجب أن تكون الأحكام كلها بوجه الشرع الشريف وأما أحكام السياسة فما هي إلا ظنون وأوهام فكم فيها من مأخوذ بغير جناية وذلك حرام وأما أحكام العادة والعرف فقد مرّ كفر مستحله ولو كان في موضع من يعرف الشرع لم يجز له أن يحكم أو يفتي بغير مقتضاه فلو طلب أن يحضر عند حاكم يحكم بغير الشرع لم يجز له الحضور هناك بل يأثم بحضوره اهـ.
3.   التشريع الجنائي في الإسلام الجزء الأول صـ 254
إن أولي الأمر بحسب نصوص الشريعة الإسلامية ليس لهم حق التشريع المطلق للأسباب التي بيناها: وإن حقهم في التشريع قاصر على نوعين من التشريع الأول تشريعات تنفيذية يقصد بها ضمان تنفيذ نصوص الشريعة الإسلامية. والثاني: تشريعات تنظيمية لتنظيم الجماعة وحمايتها وسد حاجاتها على أساس مبادئ الشريعة العامة. وهذه التشريعات لا تكون إلا فيما سكتت عنه الشريعة فلم تأت بنصوص خاصة فيه ولا يمكن أن تكون فيما نصت عليه الشريعة، ويشترط في هذه التشريعات قبل كل شئ أن تكون متفقة مع مبادئ الشريعة العامة وروحها التشريعية، فهي تشريعات توضع بقصد تنفيذ مبادئ الشريعة العامة، وإذن فهي في حقيقتها نوع آخر من التشريعات التنفيذية.
4.    الفقه الإسلامي وأدلته الجزء التاسع صـ 339
وليست الدعوة المعاصرة إلى جعل الطلاق بيد القاضي ذات فائدة؛ لمصادمة المقرر شرعاً، ولأن الرجل يعتقد ديانة أن الحق له، فإذا أوقع الطلاق، حدثت الحرمة دون انتظار حكم القاضي. وليس ذلك في مصلحة المرأة نفسها؛ لأن الطلاق قد يكون لأسباب سرية ليس من الخير إعلانها، فإذا أصبح الطلاق بيد القاضي انكشفت أسرار الحياة الزوجية بنشر الحكم، وتسجيل أسبابه في سجلات القضاء، وقد يعسر إثبات الأسباب لنفور طبيعي وتباين أخلاقي

E.             HOMOSEKSUAL DAN LESBIAN (PERKAWINAN SESAMA JENIS)
F.              ANAK PUNGUT, ANAK ANGKAT, ANAK HASIL INSEMINASI, BAYI TABUNG DAN CLONING.
1.      Anak Pungut
2.      Anak angkat
3.      Anak hasil Inseminasi
MEMINDAH INDUNG TELUR
Sepasang suami istri menikah kemudian istri hamil tapi karena faktor kesehatan akhirnya sang istri memindah sel telur yang telah dibuai yang ada di rahimnya ke rahim orang lain.
Pertanyaan :
a.    Bagaimana hukum memindah sel telur tersebut?
Jawaban :
a.    Haram, karena hal itu merupakan penanaman sperma laki-laki pada wanita yang tidak halal dan dilarang oleh Islam.

Referensi
1.     Faidh al-Qadir, juz V, hal. 611
2.    Ad-Dur al-Mantsur juz XII, hal. 93
3.    Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, juz III, hal. 559
4.   Buhuts Li ba’dhi an-Nawazil al-Mu’ashirah, juz XXIX, hal. 5
5.    Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, juz VII, hal. 114

1.      فيض القدير شرح الجامع الصغير الجزء الخامس صـ 611
(ما من ذنب بعد الشرك أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل في رحم لا يحل له) لأن فاعل ذلك قد اجترأ على الله يريد أن يفسد في الأنساب بخلط بعض المياه ببعض فيدخل على القوم من ليس منهم.
2.      الدر المنثور في التفسير بالمأثور للسيوطي - (12 / 93
وَأخرَج ابن أبي شيبه والدار قطني وأبو داود ، وَابن منيع والبغوي والباوردي ، وَابن قانع والبيهقي والضياء عن أبي مورق مولى نجيب قال : غزونا مع رويفع بن ثابت الانصاري نحو المغرب ففتحنا قرية يقال لها : جربة ، فقام فينا خطيبا فقال : اني لا أقول لكم إلا ما سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم قام فينا يوم خيبر قال من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يسقين ماءه زرع غيره.
3.      الفقه الإ سلامي وأدلته الجزء الثالث  صـ 559
التلقيح الصناعي هو استدخال المني لرحم المرأة بدون جماع فإن كان بماء الرجل لزوجته جاز شرعا إذلا محذورفيه بل قديندب إذاكان هناك مانع شرعي من الاتصال الجنسي وأما ان كان بماء رجل أجنبي عن المرأة لازواج بينهما فهو حرام لأنه بمعنى الزنا الذي هو إلقاء ماء رجل فى رحم امرأة ليس بينهما رابطة زوجية وبعد هذا العمل أيضا منافيا للمستوي الإنساني ومضارعا فى دائرة النبات والحيوان
4.      بحوث لبعض النوازل الفقهية المعاصرة - (29 / 5)
وأما أخذ الماء من الزوجين ووضعه في رحم زوجةٍ أخرى له بتلقيحٍ داخلي أو خارجي. فقد أجاز هذا الصورة في أول الأمر مجلس المجمع الفقهي بمكة المكرمة التابع لرابطة العالم الإسلامي في قراره الخامس الذي أصدره في دورته السابعة، وعلل ذلك بالحاجة. ثم تراجع عن هذا القرار وعلل سبب تراجعه بأن الزوجة التي زرعت فيها لقيحة ببيضة الزوجة الأولى قد تحمل ثانياً قبل انسداد رحمها على حمل اللقيحة من معاشرة الزوج لها في فترة متقاربة مع زرع اللقيحة وهذا يوجب اختلاط الأنساب لجهة الأم الحقيقة لكل من الحملين والتباس ما يترتب على ذلك من أحكام، وذلك في الأمرين التاليين: 1ـ أنه قد تلد في هذه الحالة توأمين، ولا نستطيع أن نميز ولدا اللقيحة من ولد معاشرة الزوج، كما أننا لا نستطيع أن نعرف أم ولد اللقيحة التي أخذت منها البييضة من أم ولد معاشرة الزوج. 2ـ أن أحد الحملين قد يموت علقة أو مضغة ولا يسقط إلاّ مع ولادة الحمل الآخر الذي لا يعلم أيضاً أهو ولد اللقيحة أم حمل معاشرة الزوج. أما مجلس الفقه الإسلامي المنبثق من منظمة المؤتمر الإسلامي فقد ذهب إلى تحريم هذه الحالة، ومنعها منعاً باتاً لذاتها، أو لما يترتب عليها من اختلاط الأنساب وضياع الأمومة وغير ذلك من المحاذير الشرعية
5.      الفقه الإسلامي وأدلته الجزء السابع  صـ 114
أطفال الأنابيب إن مجلس مجمع الفقه الإسلامي المنعقد في دورة مؤتمره الثالث بعمان عاصمة المملكة الأردنية الهاشمية من 8-13 صفر 1407 هـ/11 إلى 16 أكتوبر 1986 م. بعد استعراضه لموضوع التلقيح الصناعي «أطفال الأنابيب» وذلك بالاطلاع على البحوث المقدمة والاستماع لشرح الخبراء والأطباء. وبعد التداول.تبين للمجلس:أن طرق التلقيح الصناعي المعروفة في هذه الأيام هي سبع:الأولى: أن يجري تلقيح بين نطفة مأخوذة من زوج وبييضة مأخوذة من امرأة ليست زوجته ثم تزرع اللقيحة في رحم زوجته.الثانية: أن يجري التلقيح بين نطفة رجل غير الزوج وبييضة الزوجة ثم تزرع تلك اللقيحة في رحم الزوجة.ا
لثالثة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي زوجين ثم تزرع اللقيحة في رحم امرأة متطوعة بحملها. الرابعة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي رجل أجنبي وبييضة امرأة أجنبية وتزرع اللقيحة في رحم الزوجة.الخامسة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي زوجين ثم تزرع اللقيحة في رحم الزوجة الأخرى.السادسة: أن تؤخذ نطفة من زوج وبييضة من زوجته ويتم التلقيح خارجياً ثم تزرع اللقيحة في رحم الزوجة.السابعة: أن تؤخذ بذرة الزوج وتحقن في الموضع المناسب من مهبل زوجته أو رحمها تلقيحاً داخلياً.وقرر:أن الطرق الخمسة الأولى كلها محرمة شرعاً وممنوعة منعاً باتاً لذاتها أو لما يترتب عليها من اختلاط الأنساب وضياع الأمومة وغير ذلك من المحاذير الشرعية.
Pertanyaan :
b.   Bagaimanakah status hukum anak?
Jawaban :
b.   Status anak tersebut tidak bernasab pada istri maupun wanita yang dititipi indung telur. Bahkan menurut Imam Ibnu Hajar juga tidak bernasab pada pemilik sperma (suami). Hanya saja menurut Imam Romli, anak tersebut tetap bernasab pada suami.
Catatan :
Status ini ditetapkan apabila wanita yang dititipi ovum belum bersuami, sedangkan untuk wanita yang sudah bersuami sementara belum terbahas.


Referensi
1.     Nihayah Al-Muhtaj vol. VIII hal. 431
2.    Al-Bajuri vol. II hal. 390
3.    Hasyiyah Al-Bujairami ‘ala al-khathib vol. IV hal. 390

6.      نهاية المحتاج الجزء الثامن  صـ 431
(قوله وكذا لو مسح ذكره) أفهم أنه لو ألقت امرأة مضغة أو علقة فاستدخلتها امرأة أخرى حرة أو أمة فحلتها الحياة واستمرت حتى وضعتها المرأة ولدا لا يكون ابنا للثانية ولا تصير مستولدة للواطئ لو كانت أمة لأن الولد لم ينعقد من مني الواطئ ومنيها بل من مني الواطئ والموطوءة فهو ولد لهما وينبغي أن لا تصير الأولى مستولدة به أيضا حيث لم يخرج منها مصورا
7.      الباجورى  الجزء الثاني صـ 390 دار الفكر
(وإذا أصاب السيد أمته فوضعت ما تبين فيه شيئ من خلق أدمي) (قوله تبين) الى ان قال ولو كان لشخص أمتان فوطئ احداهما فحملت منه ثم وضعت علقة فأخذتها الاخرى ووضعتها فى فرجها فتخلقت ووضعت ولدا لم تصر الاولى أم ولد وهل تصير الثانية ام ولد ام لا وقع فى ذلك تردد واستقرب الشبراملسي أنها لاتصير مستولدة لان الولد لم ينعقد من منيها ومنيه ويلحقه الولد فى الحالة المذكورة .
8.      حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء الرابع صـ 390
( أو ) بعد ( استدخال منيه ) أي الزوج المحترم وقت إنزاله واستدخاله ولو مني مجبوب ; لأنه أقرب للعلوق من مجرد إيلاج قطع فيه بعدم الإنزال وقول الأطباء الهواء يفسده فلا يتأتى منه ولد ظن لا ينافي الإمكان . ومن ثم لحق به النسب أيضا أما غير المحترم عند إنزاله بأن أنزله من زنا فاستدخلته زوجته وهل يلحق به ما استنزله بيده لحرمته أو لا للاختلاف في إباحته كل محتمل والأقرب الأول فلا عدة فيه ولا نسب يلحق به واستدخالها مني من تظنه زوجها فيه عدة ونسب كوطء الشبهة كذا قالاه والتشبيه بوطء الشبهة الظاهر في أنه نزل من صاحبه لا على وجه سفاح يدفع استشكاله بأن العبرة فيهما بظنه لا ظنها ومر في محرمات النكاح بسط الكلام في ذلك وتجب عدة الفراق بعد الوطء.
( قوله : وقت إنزاله إلخ ) عبارة المغني ولا بد أن يكون محترما حال الإنزال وحال الإدخال حكى الماوردي عن الأصحاب أن شرط وجوب العدة بالاستدخال أن يوجد الإنزال والاستدخال معا في الزوجية , فلو أنزل , ثم تزوجها فاستدخلته أو أنزل وهي زوجة , ثم أبانها واستدخلته لم تجب العدة ولم يلحقه الولد انتهى والظاهر أن هذا غير معتبر بل الشرط أن لا يكون من زنا كما قالوا ا هـ . ( قوله : واستدخاله ) خلافا للنهاية عبارته ولا أثر لوقت استدخاله كما أفتى به الوالد وإن نقل الماوردي عن الأصحاب اعتبار حالة الإنزال والاستدخال فقد صرحوا بأنه لو استنجى بحجر فأمنى , ثم استدخلته أجنبية عالمة بالحال أو أنزل في زوجته فساحقت بنته مثلا فأتت بولد لحقه ا هـ .

4.      Bayi tabung
Pertanyaan
Bagaimana hukumnya mengerjakan proses bayi tabung. Bayi tabung ialah bayi yang dihasilkan bukan dari persetubuhan, tetapi dengan cara mengambil mania tau sperma laki-laki dan sel telur wanita, lalu dimasukan kedalam suatu alat dalam waktu beberapa hari lamanya. Setelah hal tersebut dianggap mampu menjadi janin, maka dimasukkan kedalam rahim ibu.
Jawaban
Hukumnya tafsil sbb:
·            Apabila sperma yang di tabung dan yang dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan sperma suami istri, maka hukumnya haram.
·            Dan apabila sperma/mani yang ditabung tersebut sperma suami istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtarom, maka hukumnya juga haram.
·            Bila sperma yang ditabung itu sperma/mani suami istri dan cara mengeluarkannya muhtarom, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri maka hukumnya boleh.
Keterangan:
Mani muhtarom adalah yang keluar atau dikeluarkan dengan cara yang diperbolehkan oleh syara'
Tentang anak yang dihasilkan dari sperma, tersebut dapat ilhaq atau tidak kepada pemilik mani terdapat perbedaan pendapat antara Imam Ibnu Hajar dan Imam Romli.
Menurut Imam Ibnu Hajar tidak bisa ilhaq kepada pemilik mani secara mutlaq (baik muhtarom atau tidak) sedang menurut Imam Romli anak tersebut dapat ilhaq kepada pemilik mani dengan syarat keluarnya mani tersebut harus muhtarom.
Dasar Pengambilan Dalil
Al-jami'ul Shoghir hadis no. 8030
مامن ذنب بعد الشرك أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل فى رحم لايحل له. رواه ابن الدنا عن الهشيم بن مالك الطائ الجامع الصغير
“Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik (menyekutukan Allah ) disisi Allah dari pada maninya seorang laki-laki yang ditaruh pada rahim wanita yang tidak halal baginya. (HR. Ibnu Abid-dunya dari Hasyim bin Malik al-thoi)”

Hikmatu Tasyri'wal Safatuhu, II: 48
من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فلا يسقين ماءه زرع أخيه
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali menyiram air (maninya ) pada lahan tanaman (rahim) orang lain.

Al-Qolyubi, IV: 32
ولو أتت بولد عُلِمِ أنه ليس منه مع إمْكَانِه مِنْهُ ( لَزِمَهُ نَفْيُهُ ) لِأَنَّ تَرْكَ النَّفْيِ يَتَضَمَّنُ اسْتِلْحَاقَ مَنْ لَيْسَ مِنْهُ حَرَامٌ.
Apabila seoarang perempuan datang dengan membawa anak, dan diketahui bahwa anak tersebut bukan dari suaminya, dan dapat mungkin dari suaminya (namun secara yakin tidak dari suaminya). Maka wajib meniadakan (menolak mengakui), karena bila tidak dilaksanakan penolakan, dapat dimasukan nasab dari orang yang tidak haram (suaminya).

Bujairimi Iqna' IV: 36
( الحاصل ) المراد بالمنى المحترام حال خروجه فقط على ما اعتمده مر وان كان غير محترم حال الدخول، كما اذا احتلم الزوج وأخذت الزوجة منيه فى فرجها ظانة أنه من منىّ اجنبى فإن هذا محترم حال الخروج وغير محترم حال الدخول وتجب العدة به إذا طلقت الزوجة قبل الوطء على المعتمد خلافا لإبن حجر لأنه يعتبر أن يكون محترما فى الحالين كماقرره شيخنا.
(Kesimpulan) yang dimaksud mani muhtarom (mulia) adalah pada waktu keluarnya saja, seperti yang dikuatkan Imam Romli, meskipun tidak muhtarom pada waktu masuk. Contoh: suami bermimpi keluar mani, dan istrinya mengambilnya (air mani tersebut) lalu dimasukan ke farjinya dengan persangkaan, bahwa air mani tersebut milik laki-laki lain (bukan suaminya) maka hal ini dinamakan mani muhtarom keluarnya, tapi tidak muhtarom waktu masuknya kefarji, dan dia wajib punya iddah (masa penantian) jika suaminya menceraikan sebelum disetubui. Menurut yang mu'tamad, berbeda dengan pendatnya imam ibnu hajar yang mengatakan, kreterianya harus muhtarom keduanya (waktu masuk dan keluar) seperti ketetapan dari Syaikhuna (Rofi'i Nawawi).

Kifayatu Al-akhyar, II: 113
لو إستمنى الرجل منية بيد امرأته او امته جاز لأنها محل استمتاعها
Jika seorang suami sengaja mengeluarkan air maninya dengan perantara tangan istrinya, atau tangan perempuan amatnya, maka boleh, karena perempuan tersebut tempat istima' (senang-senang) bagi seorang suami.
Tuhfa, VI: 431
Al-bajuri, II: 172
Al-bughya: 238

5.      Cloning
Rekayasa genetika telah memasuki era "teknologi kloning". Reaksi telah bermunculan mulai dari keberatan:
·            intervensi terhadap ciptaan Tuhan
·            kurang menghormati manusia sebagai makhluk hidup
·            cenderung meruntuhkan institusi perkawinan
·            bisa berdampak mengaburkan nasab
·            pemuas nafsu teknologi dan lain-lain.

Bolehkah pemanfaatan teknologi kloning manusia menurut norma dan etika agama Islam ?
Jawaban
Pemanfaatan tenaga teknologi kloning pada manusia menurut norma dan etika agama Islam tidak dibenarkan (haram).
Dasar Pengambilan
  مقــررة مجلــس مجمــع الفقــه الإسلامى ، جدة ، ص. 1997
  الحلال والحــرام فى الإســلام , يوسف القــرضاوي ص. 219
  تفســير المنــير جزء 1 ص. 174

G.            TRANSPLANTASI ANGGOTA BADAN, TRANSPLANTASI DARAH DAN LAIN-LAIN.
1.      Transpalantasi Anggota Badan



Rounded Rectangle: CANGKOK MATA
 

 


Permasalahan

Bagaimana hukumnya cangkok mata? Transplantasi kornea atau cangkok mata ialah mengganti selaput mata seseorang dengan selaput mata orang lain, atau kalau mungkin dengan selaput mata binatang. Jadi yang diganti hanya selaputnya saja bukan bola mata seluruhnya. Adapun untuk mendapatkan kornea / selaput mata ialah dengan cara mengambil bola mata seluruhnya dari orang yang sudah mati. Bola mata itu kemudian dirawat baik-baik dan mempunyai kekuatan paling lama 72 jam (tiga hari tiga malam). Sangat tipis sekali dapat dihasilkan cangkok kornea dari binatang.

Jawaban

Hukumnya ada dua pendapat:
·            Haram, walaupun mayat itu tidak terhormat seperti mayitnya orang murtad. Demikian pula haram menyambung anggota manusia dengan anggota manusia lain, bahaya buta itu tidak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan mayit.

Dasar Pengambilan Dalil

Ahkamul Fuqoha, III: 58

مسألة: ماقولكم فى إفتاء مفتى ديار المصرية بجواز أخد حداقة الميت لوصلها إلى عين الأعمى. هل هو صحيح أولا ؟ قرر المؤتمر بأن ذلك الإفتاء غير صحيح ، بل يحرم أخد حداقة الميت ولو غير محترم كمرتد وحربى. ويحرم وصله بأجزاء الآدمى لأن ضرر العمى لايزيد على مفسدة إنتهاك حرمات الميت كما فى حاشية الرشيدى على ابن العماد. صحيفة 26 وعبارته: أماالآدمى فوجوده حنئيد كالعدم كما قال الحلبى على المنهج، ولوغير محترم كمرتد وحربى فيحرم الوصل به ويجب نزعه. انتهى. ولقول صلى الله عليه وسلم: كسر عظم الميت ككسره حيا ( رواه أحمد فى المسند وأبو داود وابن ماجه) وعن عائشة "كسر عظم الميت ككسر عظم الحى فى الإثم (رواه ابن ماجه عن أم سلمة) حديث حسن.

Hasiah Ar-Rosidi ‘ala ibni ‘imad, hal, 26

·         Boleh, disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat:
o    Karena dibutuhkan
o    Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia
o    Mata yang diambil harus dari mayit muhaddaroddam (halal darahnya)
o    Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama

Dasar Pengambilan Dalil

Fathul Jawad 26

وبقى مالم يوجد صالح غيره فيحتمل جواز الجبر بعظم الآدمى الميت كمايجوز للمضطر أكل الميت وإن لم يخش إلا مبيح التيمم. وجزم المدابغى بالجواز، حيث قال: فان لم يصلح إلاعظم الآدمى قدم نحو الحربى كالمرتد ثم الذمى ثم المسلم.
Dan masih ada, bila sudah tidak dijumpai yang baik boleh menambali (cangkok) dengan tulang orang yang sudah mati. Seperti halnya boleh memakan bangkai orang yang sudah mati meski tidak khawatir sampai batas diperbolehkannya tayamum. Dan Imam Al-Madabighi yakin dengan hukum boleh, dia menyatakan jika tidak ada yang bagus (untuk menambal) kecuali tulang orang, maka dahulukanlah orang kafir harbi, orang murtad, lalu kafir dzimy, kemudian orang islam.

Al-mahali

وله أى للمضطر أكل أدمى ميت لأن حرمة الحى أعظم من حرمة الميت
Jika terpaksa dan yang ditemukan hanya bangkai orang mati, maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup masih dikuatkan dari pada kehormatan orang yang sudah mati.

Bijaeromi iqna, IV: 272 (belum ditulis)

والأوجه كماهو ظاهر كلامهم عدم النظر إلى أفضلية الميت مع إتحادهما إسلاما وعصمة.
Menurut yang aujah, seperti penjelasan ahli fiqih tidak memandang pada istemewanya seorang mayit jika sama-sama islam dan terjaga.

Mughni Muhtaj, IV: 307

( وَلَهُ ) أَيْ الْمُضْطَرِّ ( أَكْلُ آدَمِيٍّ مَيِّتٍ ) إذَا لَمْ يَجِدْ مَيْتَةً غَيْرَهُ كَمَا قَيَّدَاهُ فِي الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ ؛ لِأَنَّ حُرْمَةَ الْحَيِّ أَعْظَمُ مِنْ حُرْمَةِ الْمَيِّتِ.
Boleh bagi orang yang terpaksa makan bangkai orang ketika tidak di temukan lainnya, seperti alasan dalam kitab syarah dan kitab raudloh, karena kehormatan orang hidup lebih diutamakan dari pada orang mati.

Al-Muhadzab, I: 251

وان اضطر ووجد آدميا ميتا جاز أكله لان حرمة الحى آكد من حرمة الميت.
Jika terpaksa dan yang di temukan hanya bangkai orang mati maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup lebih di kuatkan dari pada orang yang sudah mati.

Al-qolyubi, I: 182

( وَلَوْ وَصَلَ عَظْمَهُ ) لِانْكِسَارِهِ وَاحْتِيَاجِهِ إلَى الْوَصْلِ ( بِنَجَسٍ ) مِنْ الْعَظْمِ ( لِفَقْدِ الطَّاهِرِ ) الصَّالِحِ لِلْوَصْلِ ( فَمَعْذُورٌ ) فِي ذَلِكَ
Jika menyambung tulangnya karena pecah dan ia memerlukan sembungan dengan tulang najis karena daftar orang-orang yang menyatakan dirinya rela di ambil bola mata nya sesudah mati untuk kepentingan manusia.

Bujairimi ala- alwahab, I: 239


2.      Transpalantasi Darah

H.            BANK ASI, BANK SPERMA DAN ATM KONDOM
1.      Bank Asi
Kepedulian dari berbagai pihak saat peristiwa erupsi Merapi diwujudkan dengan berbagai bentuk sumbangan. Dari mulai sembako sampai pemungutan anak-anak terlantar, bahkan sebagian pihak ada yang melakukan terobosan menyumbangkan ASI (Air Susu Ibu). Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan anak-anak yang membutuhkan ASI, sedangkan ibunya kesulitan mendapatkan air bersih untuk diminum. Mereka menilai susu ibu yang kesehariannya meminum air yang tidak steril, karena mengandung bahan-bahan membahayakan, dapat mempengaruhi kualitas ASI, dan kurang baik diberikan kepada bayi.
Kita lihat fenomena semacam ini ada juga di beberapa negara. Bermunculan lembaga penyusuan bayi yang berusaha menghimpun susu para ibu dan diseterilkan untuk diberikan kepada bayi-bayi di satu negara atau disumbangkan, bahkan dijual ke negara lain yang membutuhkan.    

Pertanyaan
a.    Bagaimana hukum mendonorkan dan menjual ASI, serta hukum menerima atau membelinya?
Jawaban :
a.    Hukum mendonorkan, menjual dan membeli ASI adalah diperbolehkan dan sah, sedangkan hukum menerimanya adalah boleh bagi yang membutuhkan dan sunah tidak diterima bagi yang tidak membutuhkan.

Referensi
1.     Al-Majmu’ vol. VII hal. 254
2.    Al-Iqna’ vol. II hal. 85
3.    Hasyiyah Al-Bujairami ‘Ala Al-Manhaj vol. III hal. 320
4.   Asna al-mathalib vol. IV hal. 301

9.      المجموع الجزء التاسع صـ 254
(فرع) بيع لبن الآدميات جائز عندنا لا كراهة فيه هذا المذهب وقطع به الاصحاب الا الماوردى والساشى والرويانى فحكوا وجها شاذا عن أبى القاسم الانماطى من اصحابنا أنه نجس لا يجوز بيعه وانما يربى به الصغير للحاجة وهذا الوجه غلط من قائله وقد سبق بيانه في باب إزالة النجاسة فالصواب جواز بيعه قال الشيخ أبو حامد هكذا قاله الاصحاب قال ولا نص للشافعي في المسألة هذا مذهبنا * وقال ابو حنيفة ومالك لا يجوز بيعه وعن أحمد روايتان كالمذهبين واحتج المانعون بأنه لا يباع في العادة وبأنه فضلة آدمى فلم يجز بيعه كالدمع والعرق والمخاط وبأن ما لا يجوز بيعه متصلا لا يجوز بيعه منفصلا كشعر الآدمي ولانه لا يؤكل لحمها فلا يجوز بيع لبنها كالاتان * واحتج أصحابنا بأنه لبن طاهر منتفع به فجار بيعه كلبن الشاة ولانه غذاء للآدمي فجاز بيعه كالخبز  إهـ
10. الاقناع ج : 2 ص : 85 الهداية
فصل فى الهبة (وكل ما جاز بيعه جاز هبته) بالاولى لأن بابها اوسع
11. البجيرمي على المنهج الجزء الثالث صـ 320
(فصل) في صدقة التطوع وهي المرادة عند الإطلاق غالبا كما في قولي (الصدقة سنة) مؤكدة لما ورد فيها من الكتاب والسنة وقد يعرض لها ما يحرمها كأن يعلم من آخذها أنه يصرفها في معصية ( وتحل لغني ) بمال أو كسب ولو لذي قربى لا للنبي صلى الله عليه وسلم ففي الصحيحين { تصدق الليلة على غني } ويكره له التعرض لأخذها ويستحب له التنزه عنها بل يحرم عليه أخذها  إن أظهر الفاقة أو سأل بل يحرم سؤاله أيضا
12. أسنى المطالب الجزء الرابع صـ 301
وحكى عن ابن عقيل الحنبلي أنه حكى في الفنون أن قبول الصدقة جائز مع الفقر ويكره أن يأخذ ممن له حكومة قال ويحتمل أن لا يكره لأنه أخذ بجهة هو من أهلها انتهى وكلام ابن عقيل يحتمل أن يكون في الواجبة ويحتمل أن يكون فيها وفي التطوع فسن (قوله للقاضي قبولا) لأن الصدقة يقصد بها وجه الله والمتصدق في الحقيقة دافع لله مقرض له والفقير يأخذ من الله لا من المتصدق


الجلسة الثانية

Mushohih :
Perumus :
Moderator :
01.        KH. Athoillah S. Anwar
02.      KH. M. Azizi Hasbullah
03.      K. Munir Akromin 
04.      Agus Adibussholeh Anwar
05.      K. Masrukhan
06.       K. Mukhlis Dimyati
07.       Ust. M. Dhuhri
08.      K H. Abi Musa Asy’ari
09.      Dr. Umi khoiriyah
10.        Lutvi Azizah
01.       Ust. Darul Azka
02.      Ust. Ahmad Musthofa
03.      Ust. Indik Muchtar
04.             Ust. Ma’rifatus Sholihin
Ustdzh.
Ninik Azizah
Notulen :
Ustdzh.
Fathimatuz Zahroh

MEMUTUSKAN
Pertanyaan :
b.      Apa dampak hukumnya jika hal tersebut terlanjur terjadi? Serta bagaimana solusi terbaiknya?
Jawaban:
b.   Dampak hukumnya setelah terlanjur terjadi adalah tsubûtul mahram (tetapnya mahrom) dengan rodho’ (sepersusuan) menurut madzhab Hanafi dan Maliki. Dan menurut madzhab Syafi’i bisa tsubûtul mahram apabila diyakini wujudnya lima kali susuan.
Status ini tetap ada, meskipun akhirnya menjadi tidak jelas karena kerancauan pendataan pendonor ataupun anak-anak yang mengkonsumsinya.
Catatan : status tsubûtul mahram yang menjadi tidak jelas ini akan berdampak dalam beberapa hal, diantaranya :
a.    Tidak boleh menikah selama jumlah orang yang disusui terbatas (mahshur) dan boleh jika ghairu mahshur.
b.   Tidak membatalkan wudhu, karena wudhu tidak batal dengan keraguan.

Referensi
1.     Hasyiyah Al-Bujairami  ‘Ala Al-Manhaj vol. II hal. 50
2.    Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuh vol. VII hal. 5085
3.    Fatawa Wa Rudud Syar’iyyah Mu’ashirah hal. 144-147
4.    Raudlah at-thalibin  vol. III hal. 448-450
5.    al Ghurar al Bahiyyah vol. IV hal. 136
6.   Qulyubi vol. I hal. 37

13. البجيرمي على المنهاج  الجزء الثاني صـ 50
وشرطه اي الرضاع ليحرم كونه خمسا من المرات انفصالا واتصالا للبن يقينا فلا أثر لدونها ولا مع الشك فى سبب التحريم (قوله لا مع الشك) المراد بالشك مطلق التردد فشمل ما لو غلب على الظن حصول ذلك لشدة الإختلاط كالنساء المجتمعة فى بيت واحد وقد جارت العادة بإرضاع كل منهن اولاد غيرها وعلمت كل منهن بالإرضاع لكن لم تتحقق كونه خمسا فليتنبه له فإنه يقع فى زماننا كثيرا اهـ ع ش  م ر
14. الفقه الإسلامي الجزء السابع صـ 5085
قرار رقم (6) بشأن بنوك الحليب . أما بعد : فإن مجلس مجمع الفقه الإسلامي المنبشق عن منظمة المؤتمر الإلامي في دورة انعقاد مؤتمره الثاني بجدة من 10 – 16 ربيع الثاني 1406 هـ / 22 – 28 ديسمبر 1985 م بعد أن عرض على المجمع دراسة فقهية ودراسة طبية حول بنوك الحليب: وبعد التأمل فيما جاء في الدراستين ومناقشة كل منهما مناقشة مستفيضة شملت مختلف جوانب الموضوع تبين : 1 – أن بنوك الحليب تجربة قامت بها الأمم الغريبة ثم ظهرت مع التجربة بعض السلبيات الفنية والعلمية فيها فانكمشت وقل الاهتمام بها . 2 – أن الإسلام يعتبر الرضاع لحمة كلحمة النسب يحرم به ما يحرم من النسب بإجماع المسلمين ومن مقاصد الشريعة الكلية المحافظة على النسب وبنوك الحليبب مؤدية إلى الاختلاط أو الريبة . 3 – أن العلاقات الاجتماعية في العالم الإسلامي توفر للمولود الخداج (prematur) أو ناقص الوزن أو المحتاج إلى اللبن البشري في الحالات الخاصة ما يحتاج إليه من الاسترضاع الطبيعي الأمر الذي يغني عن بنوك الحليب . وبناء على ذلك قرر: أولا منع إنشاء بنوك حليب الأمهات في العالم الإسلامي . ثانيا حرمة الرضاع منها . والله أعلم
15. فتاوي وردود شرعية معاصرة صـ 144 – 147 (لمحمد بن أحمد بن عمر الشاطري)
(بنوك الحليب) أقر الطب أخيرا بأن حليب الأم هو الأصلح ولهذا فللاستعاضة عن الحليب الصناعي للأطفال الذين لا يتمكنون من الرضاعات من أمهاتهم لجأوا الآن إلى جمع حليب أمهات مختلفات ينتجن كميات فائضة من حليبهن لإطعامه لهؤلاء الرضع ويمكن عزل حليب هؤلاء الأمهات أو مزجه في مخزن واحد.1– إذا تذكرنا أن سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم نفسه كانت ترضعه مرضعته حليمة السعدية التي أرضعت أطفالا آخرين ما هي وجه النظر الإسلامي حول استعمال حليب الأخريات لإرضاع الأطفال الذين لا يستطيعون لأسباب متفرقة أي مختلفة الحصول على حليب أمهاتهم .2- هل يسمح بنوك الحليب وذلك يعني تنظيم جمع حليب الأمهات وتوزيعه؟ .3– هل من الجائز استعمال حليب الأمهات مختلفات لإطعام أطفال لا يتمكنون من الحصول علعى حليب أمهاتهم ؟ 4– هل هناك فرق بين شرب الحليب الطبيعي عند ما يرضعه الطفل من الصدر مباشرة وبين أخذه من الزجاجات الرضاعات أي هل أن الأهم هو الرضاعة أم الحليب نفسه ؟ الجواب إن هذا البنوك وإن كان الشرع الشريف لا يمنع من تأسيسها ولا من جمع الحليب من أمهات مختلفات ولا من توزيعه على الأطفال الرضع سواء تمكنوا من حصول على حليب أمهاتهم أم لم يتمكنوا وسواء كان أخذ الحليب من الثدي مباشرة أم بواسطة زجاجات الرضاع أم بأي وسيلة أخرى توصل اللبن إلى المعدة يلزمنا إذا أردنا مراعاة الشرع فيها كثير من الشروط والأنظمة الدقيقة وذلك أنه لا بد من تسجيل اسم كل ذات حليب اشتركت بلبنها في بنك الحليب لأنها ستصير أما لكل طفل امتص أو شرب حليبها ومعنى هذا أنه لا بد من وضع جدول بياني دائمي ولا بد من دفاتر لتسجيل آباء وأمهات وأولاد وحواشي كل ذوات الحليب أنهات المشتركات في البنك بأي صورة كان اشتركها ومن تسجيل مثل ذلك في الفحول أي أزواج هاتيك الأمهات وهمخ الأباء لأنهم بالرضاع يصيرون آباء هؤلاء الأطفال الرضع بالإضافة إلى تسجيل اسم كل طفل ثم لفروعه في المستقبل وكل هذا بدقة وأمانة وضبط الأسماء حتى لا تتشابه لأنه يحرم من الرضاع ما يحرم من النسب كما في الحديث الصحيح الذي رواه الشيخان البخاري ومسلم وكما ذكرت الأية الكريمة من سورة النساء (حرمت عليكم أمهاتكم وبناتكم وأخواتكم وعماتكم وخالاتكم وبنات الأخ وبنات الأخت وأمهاتكم اللاتي أرضعنكم وأخواتكم من الرضاعة) قال المفسرون ويلحق بهن المحارم الماضية بناء على نص الحديث وهو يحرم من الرضاعة ما يحرم من النسب كما ذكرته إلى جانب القياس أيضا كل هذا نقاية من الوقوع في المحرم وهو الزواج من المحارم وما يترتب عليه من الإثم وكذلك للتمييز بين المحرم (بفتح الميم وسكون الحاء) وبين غيرها وما يترتب عليه من أحكام حتى ولو تم للبنك ما يلزمه من بيانات مضبوطة كما أسلفت فإن كثرة المحارم لا داعي لها من حيث طلب تعميم الحاجة إلى الأجنبيات شرعا والأجانب شرعا للتزاوج وتأسيس بنوك الحليب يقلل من ذلك بناء على ما تقدم فإني أنصح بعدم تأسيس هذه البنوك ككما أن على مستشفيات الولادة أن لا تتسهل في إرضاع طفل لبن غير أمه تجنبا للوقوع في المحذور شرعا مستقبلا وأصل الحكمة في التحريم بالرضاع أن التغذية بلبن المرضع كالتغذية بلبن الأم الحقيقة وفي ذلك شعور بالأمومة والحنان أيضا خصوصا إذا اقترن بإنشاز العظم و إنبات اللحم كما في الحديث الذي رواه أبو داود وهو (لا رضاع إلا ما أنبت اللحم وأنشز العظم) ومعلوم أن المذاهب اختلفت في الكمية والكيفية من الرضاع ومذهب كل من الإمامين أبي حنيفة ومالك التحريم بالرضاعة الواحدة ومذهب الشافعي وفي مذهب أحمد لا بد من خمس رضاعات متفرقات ولا يتسع المقام لذكر أدلة كل منهم ومن غيرهم بعد تلك الخلاصة الشاملة للمطلوب والمندرج فيها أجوبة الأسئلة الأربعة حول هذه البنوك . وعلى الله الاعتماد . وبعد الفراغ مما ذكرته جرى بيني وبين الدكتور محمد علي البار كلام حول بنوك الحليب في إحدى الجلسات المتداولة بيننا وفهمت منه أن فكر تأسيس بنوك الحليب غير مرغوب فيها لدى المتقدمين فعلم الطب الحديث لأن الحليب الذي لا يلتقنه الطفل من ثدي الأم مباشرة معرض للفساد ولايقوم غيره مقامه . والله الموفق والمعين .
16. روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الثالث صـ 448-450
الركن الثاني اللبن ولا يشترط لثبوت التحريم بقاء اللبن على هيئته حالة انفصاله عن الثدي فلو تغير بحموضة أو انعقاد أو إغلاء أو صار جبنًا أو أقطا أو زبداً أو مخيضاً وأطعم الصبي حرم لوصول اللبن إلى الجوف وحصول التغذية. – إلى أن قال- ولو خلط بمائع إما دواء وإما غيره حلال كالماء ولبن الشاة أو حرام كالخمر نظر إن كان اللبن غالبا تعلقت الحرمة بالمخلوط فلو شرب الصبي منه خمس مرات ثبت التحريم وإن كان اللبن مغلوباً فقولان أحدهما لا يتعلق به تحريم كالنجاسة المستهلكة في الماء الكثير لا أثر لها وكالخمر المستهلكة في غيرها لا يتعلق بها حد وكالمحرم يأكل طعاماً استهلك فيه طيب لا فدية عليه وأظهرهما يتعلق به التحريم لوصول عين اللبن في الجوف وذلك هو المعتبر ولهذا يؤثر كثير اللبن وقليله وليس كالنجاسة فإنها تجنيب للإستقذار وهو مندفع بالكثرة ولا كالخمر فإن الحد منوط بالشدة المزيلة للعقل ولا كالمحرم فإنه ممنوع من التطيب وليس هذا بتطيب فعلى هذا إن شرب جميع المخلوط تعلق به التحريم وإن شرب بعضه فوجهان أحدهما يثبت التحريم أيضاً إن شربه خمس دفعات أو شرب منه دفعة بعد أن شرب اللبن الصرف أربعاً وهذا اختيار الصيمري والقاضي أبي الطيب وأصحهما وبه قال ابن سريج وأبو إسحاق والماوردي لا يتعلق به تحريم لأنا لم نتحقق وصول اللبن وهذا الخلاف فيما إذا لم يتحقق وصول اللبن مثل أن وقعت قطرة في جب ماء وشرب بعضه فإن تحققنا انتشاره في الخليط وحصول بعضه في المشروب أو كان الباقي من المخلوط أقل من قدر اللبن ثبت التحريم قطعاً ذكره الإمام وغيره. وهل يشترط أن يكون اللبن قدراً يمكن أن يسقى منه خمس دفعات لو انفرد عن الخليط وجهان حكاهما السرخسي وقال أصحهما الإشتراط هذا هو المذهب في بيان حكم اختلاط اللبن بالمائعات وسواء فيه اختلاط اللبن بالماء وبغيره وحكى الإمام طريقاً آخر أنه إن كان الخليط غير الماء فعلى ما ذكرناه وإن كان ماء واللبن مغلوب فإن امتزج بما دون القلتين وشرب الصبي كله ففي ثبوت التحريم قولان وإن شرب بعضه قولان مرتبان وأولى بأن لا يثبت وإن امتزج بقلتين فصاعداً فإن لم يثبت التحريم بدون القلتين فهنا أولى وإن أثبتنا وتناول بعضه لم يؤثر وإن شربه كله فقولان مرتبان وأولى بأن لا يؤثر. وهذه الطريقة ضعيفة وفي المراد بمصير اللبن مغلوباً وجهان أحدهما خروجه عن كونه مغذياً والصحيح الذي قطع به الأكثرون أن الإعتبار بصفات اللبن الطعم واللون والرائحة فإن ظهر منها شيء في المخلوط فاللبن غالب وإلا فمغلوب ونقل أبو الحسن العبادي في الرقم تفريعاً على هذا عن الحليمي ما يفهم منه أنه لو زايلته الأوصاف الثلاثة اعتبر قدر اللبن بما له لون قوي يستولي على الخليط فإن كان ذلك القدر منه يظهر في الخليط ثبت التحريم وإلا فلا قال الحليمي وهذا شيء استنبطته أنا وكان في قلبي منه شيء فعرضته على القفال الشاشي وابنه القسم فارتضياه فسكنت ثم وجدته لإبن سريج فسكن قلبي إليه كل السكون وقد سبق نظير هذا في اختلاط المائع بالماء (فرع) لو وقعت قطرة في فيه واختلطت بريقه ثم وصل جوفه فطريقان أحدهما يعتبر كونه غالباً أو مغلوباً على ما ذكرناه والثاني القطع بالتحريم. إذا اختلط لبن إمرأة بلبن أخرى وغلب أحدهما فإن علقنا التحريم بالمغلوب ثبتت الحرمة منهما وإلا فيختص بغالبة اللبن.
17. الغرر البهية الجزء الرابع صـ 136
(ومحرم الشخص بمعدودات إن تشتبه) أي وإن تشتبه عليه محرمه بمعدودات أي محصورات أجنبيات. (صرن محرمات) عليه تغليبا للتحريم ولا دخل للاجتهاد فيه كما مر في بابه أما غير المحصورات كنساء بلدة أو قرية كبيرة فله نكاح من شاء منهن إعمالا لأصل الإباحة مع كون الحرام منغمرا كما في الاصطياد من صيود مباحة اشتبه بها صيد  مملوك , وإلا انحسم عليه باب النكاح فإنه وإن سافر إلى بلدة أخرى لم يأمن مسافرتها إليها أيضا وتقدم بيان المحصور وغيره في باب الاجتهاد وكمحرمه فيما ذكر كل من تحرم عليه بجمع أو عدة أو غيرهما
18. قليوبي الجزء الأول صـ 37
( الثالث : التقاء بشرتي الرجل والمرأة) قال الله تعالى {أو لامستم النساء} أي لمستم كما قرئ به, واللمس الجس باليد كما فسره به ابن عمر رضي الله عنهما والمعنى في النقض به أنه مظنة للالتذاذ المثير للشهوة ومثله في ذلك باقي صور الالتقاء فألحق به وأطلق عليه في الباب اللمس توسعا (إلا محرما) فلا ينقض لمسها (في الأظهر) لأنها ليست محلا للشهوة (قوله إلا محرما) ولو احتمالا فلو استلحق أبوه زوجته ولم يصدقه أو شك في رضاع امرأة أو اختلطت محرمه بغير محصورات فلا نقض في ذلك سواء قبل نكاحه أو بعده خلافا للخطيب وابن عبد الحق في الجميع نعم لو لمس من المختلطات زيادة على قدر محرمه في طهارة واحدة نقض ولا تنقض المنفية باللعان خلافا للبلقيني.
2.      Bank Sperma
3.      ATM Kondom
I.               EUTHANASIA (MEMATIKAN SESEORANG DENGAN CARA PELAN-PELAN)
J.               WANITA KARIR DAN KEWAJIBANNYA SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA.
Di lingkungan perusahaan kami, pimpinan melarang saya berjilbab, tentu dengan niat bukan untuk mempertontonkan aurat. Saya berusaha melamar ditempat lain tetapi tidak ada panggilan. Jika harus berhenti bekerja saya bingung karena saya masih belum cukup membalas budi orang tua (saya anak angkat) dan saya ingin memberi pendidikan yang terbaik pada putra-putri nanti. Yang ingin saya tanyakan:
1.        Bagaimana hukum perbuatan saya itu menurut Islam dan langkah apa yang terbaik untuk saya?
2.        Lebih baik mana menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga?
3.        Andai ada suami yang menyuruh isterinya bekerja keras karena dua alasan diatas, dengan posisi wanita seperti saya, apakah wajib dipatuhi?
mohon disertai dasar dan penjelasan. Terima kasih.
Jawaban
1.        Hukum membuka tutup kepala bagi wanita dewasa untuk kepentingan bekerja, menurut pendapat yang muktamad (bisa dijadikan pegangan) adalah tetap haram. Menurut pendapat lain boleh bagi wanita yang keluar untuk jual beli dengan terbuka muka dan kedua telapak tangannya. Menurut madzhab Hanafi, demikian itu boleh, bahkan dengan terbuka kakinya, apabila tidak ada fitnah.
Langkah yang terbaik untuk anda, jika ingin menjadi wanita yang shalihah yang berpegang teguh (disiplin) pada ajaran Islam, anda harus berusaha terus mencari tempat bekerja yang mengizinkan pegawainya berjilbab sambil memohon kepada Allah. Insya Allah akan berhasil.
2.        Ibu rumah tangga yang berhasil mendidik putra-putrinya menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa, adalah jauh lebih baik daripada wanita karir yang manapun juga. Sebab menjadikan anak yang berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya adalah jauh lebih mahal daripada gaji seorang presiden sekalipun.
3.        Tidak wajib dipatuhi, sebab patuh kepada seseorang itu diperbolehkan oleh agama dalam hal-hal yang tidak menyangkut kemaksiatan.
Dasar pengambilan:
1.        Kitab Al Bajuri juz 2 Bab Nikah:
(قَولُهُ إلَى أجْنَبِيَّةٍ) اى إلَى شَيءٍ مِنْ امْرَأةٍ أجْنَبِيَّةٍ اى غَيْرِ مَحْرَمٍ وَلَوْ أمَةً. شَمَلَ ذَلِكَ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا فَيَحْرُمُ النَّظْرُ إلَيْهِمَا وَلَو مِنْ غَيْرِ شَهْوَةٍ او خُوفِ فِتْنَةٍ عَلَى الصَّحِيْحِ كَمَا فِى المِنْهَجِ وَغَيْرِهِ إلَى أَنْ قَالَ: وَقِيْلَ لاَ يَحْرُمُ لِقَولِهِ تَعَالَى: ولاَ يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ إلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَهُوَ مُفَسِّرٌ بِالوَجْهِ وَالكَفَّيْنِ. وَالمُعْتَمَدُ الأوَّلُ, وَلاَ بَأسَ بِتَقْلِيْدِ الثَّانِى لاَ سِيَمًا فِى هَذَا الزَّمَانِ الَّذِى كَثُرَ فِيْه خُرُوجُ النِّسَآءِ فِى الطُّرُقِ وَالأسْوَاقِ وَشَمَلَ ذَلِكَ ايْضًا شَعْرَهَا وَظُفْرَهَا.
(Ucapan Mushonnif: kepada wanita lain ), artinya kepada sesuatu dari wanita lain, yaitu yang bukan muhrim,meskipun budak belian. Hal itu meliputi mukanya dan kedua telapak tangannya, sehingga haram memandang muka dan kedua telapak tangan,meskipun tanpa sahwat atau rasa takut terhadap fitnah,menurut pendapat yang benar sebagaimana tersebut dalam kitab Al-Minhaj dan lainnya ... sampai pada ucapan Mushanif: Dan dikatakan: tidak haram berdasar firman Allah ta'ala: "dan jnganlah para wanita menampakan tempat perhiasan mereka kecuali apa yang nampak darinya. Apa yang nampak ini ditafsirkan dengan muka dan kedua telapak tangan. Pendapat yang dapat dipegangi adalah yang pertama.dan tidak berdosa mengikuti pendapat yang kedua,lebih lebih pada zaman ini yang banyak para wanita keluar ke jalan-jalan dan pasar. Dan itu juga termasuk rambut kukunya"

2.        Hadist riwayat Imam Bukhori dari Ibn Umar
قَالَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ مَالَمْ يُؤْمَرْ بِالمَعْصِيَةِ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سُمِعَ وَلاَ طَاعَةَ.
Nabi saw bersabda: "Mendengarkan dan ketaatan (dari seorang isteri kepada suami, atau dari seorang murid kepada guru, atau dari rakyat kepada pemerintah... dst.) adalah wajib, selama tidak diperintah dengan kemaksiatan. Jika diperintah dengan kemaksiatan, maka tidak wajib mendengarkan dan mentaati.


K.             KONTES RATU KECANTIKAN, AURAT DAN PAKAIAN OLAHRAGA WANITA.
1.       Kontes Ratu Kecantikan
ARTIS (BINTANG FILM/SINETRON)
Deskripsi Masalah
Profesi sebagai artis, baik artis film, sinetron, atau bakat-bakat yang lain adalah suatu profesi yang penuh glamour, popularitas, dan sejuta impian hingga menyebabkan banyak yang menginginkannya. Maka begitu ada kesempatan, banyak yang tak menyia-nyiakan untuk mendaftarkan menjadi artis dengan melakukan berbagai terobosan agar cepat mendapat kontrak. Segala penghalang mereka terjang demi terwujudnya keinginan dan ambisi menjadi seorang artis. Obsesi yang menggebu-gebu untuk menjadi seorang bintang, membuat mereka tak lagi memperhatikan batas-batas antara halal dan haram hingga jalan apapun ditempuh asal idaman menjadi bintang tercapai.
Bak gayung bersambut, pihak televisi merespon dengan menggelar berbagai ajang pencari bakat. Dapat dilihat dalam layar kaca, program pencari bakat begitu bertebaran seperti Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat (IMB), dan seabreg program lain.
Pertimbangan
ü  Seorang artis kadang memerankan peran Islami dalam acara film atau sinetron.
ü  Sering terjadi adegan-adegan yang kurang atau bahkan tidak sopan.
ü  Artis adalah seorang public figure sehingga menjadi rujukan dalam gaya hidup (style) dan prilaku.
ü  Bila ditanya mengapa ingin menjadi artis? Jawabnya, “Untuk mencari nafkah dan yang paling cepat hasilnya ya menjadi artis.
Pertanyaan
a.        Bagaimana hukum mendaftarkan diri menjadi artis? Dan bagaimana hukum menyelenggarakan acara pencari bakat yang berorientasi popularitas seperti Indonesian Idol, IMB, dan lain sebagainya?
b.        Apa status dan hukum honor yang diterima dari profesi tersebut?
c.         Kalau haram, bagaimana solusinya mengingat hal ini sudah sangat sering terjadi?
Jawaban :
a.      Mempertimbangkan dunia artis sangat beraneka ragam, baik profesi atau peran yang dilakoni, maka mendaftar sebagai artis bisa bernilai negatif (haram) apabila memenuhi ketentuan :
ü  Ada tujuan untuk berbuat kemungkaran seperti sebagai perantara mencapai hidup glamor, pergaulan bebas, memerankan adegan maksiat, dll.
ü  Tidak bisa menghindar dari kemungkaran seperti percampuran antar lawan jenis
ü  Profesi atau peran yang dimainkan terdapat kemungkaran seperti adegan dengan lawan jenis (persentuhan, dll), membuka aurat.
ü  Menimbulkan fitnah seperti mengajarkan orang lain berbuat maksiat, menimbulkan perasangka buruk atau tuhmah, cinta ketenaran yang sampai menghalalkan berbagai hal.
Dan berrnilai positif (boleh) apabila:
ü  Ada tujuan dakwah atau sebatas mencari nafkah
ü  Mampu menghindari kemungkaran dan memilih peran yang  tidak bertentangan dengan syari'at.

REFERENSI
1.      Takmilah al Majmu' Syarh al Muhadzab juz 16 hal. 665&671
2.      Al Fiqh 'ala Madzahib al Arba'ah juz 2 hal. 42
3.      Is'adurrofiq juz 2 hal. 67,68,127 & 136
4.      Tuhfatul Muhtaj, juz X, hlm. 68
5.      I’anatut Thalibin, juz I, hlm. 272
6.      Ihya’ ‘Ulumiddin, juz II, 201 & juz III, hlm. 288
7.      Mau’izhatul Mu’minin, juz I, hlm. 344
8.      Mirqotul Mafatih, juz II, hlm. 118

19. تكملة المجوع شرح المهذب الجزء السادس عشر صحـ: 671
حكم السباق في الغناء في القسم الأول على الرغم من اتفاق الفقهاء على إباحته أن ذلك السباق يحتاج إلى المداومة على التدريب والمران وهذا يجعل أمر هذا النوع من الغناء يتحول من المباح إلى المحرم لأن من شرط إباحته ألا يتخذ عادة يداوم عليها المرء بل إنما أجيز كتر فيه عن النفس عند ما يحتاج إليه في أوقات النصب أو الأفراح والأعياد . ألأما أن يتحول الأمر إلى تدريب واستعدادات للإجارة فيه من أجل السباق فإن أمره يصبح حراما وما أدى إلى الحرام فهو حرام فكن عقد السباق على هذا النوع الجائز من الغناء غير جائز سواء كان هذا السباق على عوض أو على غير عوض
20. الفقه على المذاهب الأربعة – الجزء الثاني صحـ 42
مقدمة : ومما يتعلق بالوليمة الغناء بكسر الغين والمد والسماع . فهل تسقط إجابة الدعوى إلى الوليمة إذا كانت مشتملة على غناء ولعب مما جرت به عادة الناس ؟ والجواب أن الإجابة لا تسقط إلا إذا كان الغناء أو اللعب غير مباح شرعا  أما اللعب الخفيف والغناء المباح فإنهما لا يسقطان الإجابة وذلك لأن أغراض الشريعة السمحة ومقاصدها في تشريعها تنحصر في تهذيب الأخلاق وتطهير النفوس من أدران الشهوات الفاسدة وأوزارها فأي عمل من الأعمال يترتب عليه اقتراف منكر فهو حرام مهما كان في ذاته حسنا فالتغني من حيث كونه ترديد الصوت بالألحان مباح لا شيء فيه ولكن قد يعرض له ما يجعله حراما أو مكروها ومثله اللعب فيمتنع الغناء إذا ترتب عليه فتنة بامرأة لا تحل أو بغلام أمرد كما يمتنع إذا ترتب عليه تهيج لشرب الخمر أو تضييع للوقت وانصراف عن أداء الواجبات أما إذا لم يترتب عليه شيء من ذلك فإنه يكون مباحا فلا يحل التغني بالألفاظ التي تشتمل على وصف امرأة معينة باقية على قيد الحياة لأن ذلك يهيج الشهوة إليها ويبعث على الافتنان بها فإن كانت قد ماتت فإن وصفها لا يضر لليأس من لقائها ومثلها في ذلك الغلام الأمرد . ولا يحل التغني بالألفاظ الدالة على وصف الخمرة المرغبة فيها لأن ذلك يهيج إلى شرابها وحضور مجالسها وذلك جريمة في نظر الشريعة . ولا يحل التغني بالألفاظ الدالة على هجاء الناس مسلمين كانوا أو ذميين لأن ذلك محرم في نظر الدين فلا يحل التغني به ولا سماعه أما التغني بالألفاظ المشتملة على الحكم والمواعظ والمشتملة على وصف الأزهار والرياحين والخضر والألوان والماء ونحو ذلك أو المشتملة على وصف جمال إنسان غير معين إذا لم يترتب عليه فتنة محرمة فإنه مباح لا ضرر فيه وأما اللعب فإن المباح منه ما كان خاليا من التكلم بالفحش والكذب وكشف العورة والاستهزاء بالناس ورقص النساء بحضرة رجال لا يحلون لهن كما جرت عادة بعض السفهاء من إحضار المومسات ليرقصن في ولائمهم فإن كان مشتملا على شيء من ذلك كان محرما لا يحل التفرج عليه ولا إجابة الدعوة للوليمة المشتملة عليه هذا الذي ذكرناه لك هو ما تقتضيه قواعد الدين
21. تكملة المجموع الجزء السادس عشر صحـ : 665
"حكم السباق في تحسين الصوت في تلاوة القرآن" يتفق الفقهاء على جواز السباق في المباحات على غير عوض اذا اقتضى ذلك غرض صحيح وتحسين الصوت في تلاوة القرآن امر حث عليه الشرع فهو اولى بجواز ذلك فيه من سائر المباحات وأيضا فلم يرد عن الفقهاء ما يمنع جواز السباق فيه على عوض فلنا تجويزه لان تحسين الصوت بالقرآن غرض صحيح تطلبه الشريعة وتحث عليه وتأمر به النصوص الشرعية.  
22. إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 127 دار إحياء الكتب العربية
(و) منها (الإعانة على المعصية) أى على معصية من معاصى الله بقول أو فعل أو غيره ثم إن كانت المعصية كبيرة كانت الإعانة عليها كبيرة كذلك كما فى الزواجر قال فيها وذكرى لهذين أى الرضا بها والاعانة عليها
23. تحفة المحتاج في شرح المنهاج ج 10  ص 68
ووسيلة الطاعة طاعة كما أن وسيلة المعصية معصية ، ومن ثم أثيب عليه ثواب الواجب كما قاله القاضي وقوله تعالى { وما أنفقتم من نفقة أو نذرتم من نذر فإن الله يعلمه } أي : يجازي عليه على أن جمعا أطلقوا أنه قربة وحملوا النهي على من ظن من نفسه أنه لا يفي بالنذر ، أو اعتقد أن له تأثيرا ما وقد يوجه بأن اللجاج وسيلة لطاعة أيضا وهي الكفارة أو ما التزمه ويؤيده ما يأتي أن الملتزم بالنذرين قربة وإنما يفترقان في أن المعلق به في نذر اللجاج غير محبوب للنفس وفي أحد نوعي نذر التبرر محبوب لها وقد يجاب بأن نذر اللجاج لا يتصور فيه قصد التقرب فلم يكن وسيلة لقربة من هذه الحيثية .
24. اسعاد الرفيق الجزء الأول صحـ: 136
(ويحرم) بل هو من الكبائر بيع الشيئ الحلال الطاهر على من يعلم اي البائع أنه يريد أن يعصي الله تعالى به كبيع العنب أو الزبيب أو نحوهما ممن يعلم أنه يعصره خمرا والأمرد ممن يعلم أنه يفجر به والأمة ممن يحملها على البغاء والخشب ونحوه ممن يتخذه الة لهو إلى -أن قال –وعد هذه السبع في الزواجر من الكبائر. قال لأن للوسائل حكم المقاصد والمقاصد في هذه كلها كبائر فلتكن وسائلها كذلك والظن في ذلك كالعلم لكن بالنسبة للتحريم  
25. إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 67 (دار إحياء الكتب العربية)
(خاتمة) من أقبح المحرمات وأشد المحظورات اختلاط الرجال بالنساء فى الجموعات لما يترتب على ذلك من المفاسد والفتن القبيحة
إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 136 (دار إحياء الكتب العربية)
26. إعانة الطالبين الجزء الأول ص: 272
ومنه الصلاة ليلة الرغائب أول جمعة من رجب وليلة النصف من شعبان ومنه الوقوف ليلة عرفة أو المشعر الحرام والاجتماع ليالي الختوم آخر رمضان ونصب المنابر والخطب عليها فيكره ما لم يكن فيه اختلاط الرجال بالنساء بأن تتضام أجسامهم فإنه حرام وفسق
27. إسعاد الرفيق الجزء الأول ص : 68 مكتبة " الهداية " سورابيا
وعلم مما تقرر أنه يجب على كل مكلف ترك جميع المحرمات صغائرها وكبائرها لاسيما المتعلقة بالباطن كالعجب والكبر وغيرهما مما يأتى بيانه إن شاء الله تعالى وأنه كما يجب عليه تركها فى حق نفسه يجب عليه نهى مرتكبها أى مرتكب شىء منها ولو صغيرة كما تقرر باللسان إن لم يقدر عليه باليد أو منعه قهرا عليه من ارتكاب شىء منها باليد إن قدر عليه أى على منعه وقهره من ذلك بها وإلا يقدر على شىء من ذلك وجب عليه الرتبة الثالثة وهى رفعه إلى الوالى فإن عجز وجب عليه أن ينكر ذلك بقلبه أى يكرهه به كما مر وهذا يقدر عليه كل أحد ويجب عليه أيضا مع الإنكار بالقلب مفارقة موضع المعصية فلا يجالس فاعلها ولا يواكله.
28. إحياء علوم الدين – الجزء الثاني صحـ 201
ومنها أن يتقي مواضع التهم صيانة لقلوب الناس عن سوء الظن ولألسنتهم عن الغيبة فإنهم إذا عصوا الله بذكره وكان هو السبب فيه كان شريكا قال الله تعالى ولا تسبوا الذين يدعون من دون الله فيسبوا الله عدوا بغير علم وقال كيف ترون من يسب أبويه فقالوا وهل من أحد يسب أبويه فقال نعم يسب أبوي غيره فيسبون أبويه
29. موعظة المؤمنين من إحياء علوم الدين - (ج 1 / ص 344)
ومعلوم أن المطلوب بالشهرة وانتشار الصيت هو الجاه والمنزلة في القلوب وحب الجاه منشأ كل فساد ثم إن المذموم هو طلب الشهرة والحرص عليها فأما وجودها من الله تعالى من غير تكلف من العبد فليس بمذموم 
بيان الحد الذي يباح فيه الجاه  اعلم أن الجاه والمال هما ركنا الدنيا ومعنى المال ملك الأعيان المنتفع بها ومعنى الجاه ملك القلوب المطلوب تعظيمها وطاعتها أي القدرة على التصرف فيها ليستعمل بواسطتها أربابها في أغراضه فحكم الجاه حكم ملك الأموال فإنه عرض من أعراض الحياة الدنيا وينقطع بالموت والدنيا مزرعة الآخرة فكل ما خلق في الدنيا فيمكن أن يتزود منه للآخرة فحب الجاه والمال لأجل التوسل بهما إلى مهمات البدن غير مذموم وحبهما لأعيانهما فيما يجاوز ضرورة البدن وحاجته مذموم ولكنه لا يوصف صاحبه بالفسق والعصيان ما لم يحمله الحب على مباشرة معصية وما لم يتوصل إلى اكتسابه بكذب وخداع وارتكاب محظور وما لم يتوصل إلى اكتسابه بعبادة فإن التوصل إلى الجاه والمال بالعبادة جناية على الدين وهو حرام
30. إحياء علوم الدين - (ج 3 / ص 288)
وأما من حيث العمل فإسقاط الجاه على قلوب الخلق بمباشرة أفعال يلام عليها حتى يسقط من أعين الخلق وتفارقه لذة القبول ويأنس بالخمول ويرد الخلق ويقنع بالقبول من الخالق وهذا هو مذهب الملامتية إذ اقتحموا الفواحش في صورتها ليسقطوا أنفسهم من أعين الناس فيسلموا من آفة الجاه وهذا غير جائز لمن يقتدى به فإنه يوهن الدين في قلوب المسلمين وأما الذي لا يقتدى به فلا يجوز له أن يقدم على محظور لأجل ذلك بل له أن يفعل من المباحات ما يسقط قدره عند الناس كما روي أن بعض الملوك قصد بعض الزهاد فلما علم بقربه منه استدعى طعاما وبقلا وأخذ يأكل بشره ويعظم اللقمة فلما نظر إليه الملك سقط من عينه وانصرف فقال الزاهد الحمد لله الذي صرفك عني
31. مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح - (ج 2 / ص 118)
 ومن سن في الإسلام سنة سيئة أي بدعة مذمومة عمل بها كان عليه وزرها أي إثمها ووزر من عمل بها من بعده أي من جهة تبعيته من غير أن ينقص تقدم من أوزاهم شيء جمع في الموضعين باعتبار معنى من كما أفرد في ينقص باعتبار لفظه رواه مسلم

b.        Halal apabila peran-peran yang dilakukan tidak melanggar syari’at, begitupun sebaliknya haram jika terdapat peran-peran yang tidak sesuai dengan syari’at.

REFERENSI
1.      Kifayatul Akhyar, hlm. 295
2.      Mughnil Muhtaj, juz II, hlm. 337
3.      Yas’alunaka fid Din wal Hayat, juz I, hlm. 644-645
4.      Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, juz IX, hlm.254

32. كفاية الأخيار [ص 295]
وقولنا معلومة احتراز عن المنفعة المجهولة فإنها لا تصح للغرر فلا بد من العلم بالمنفعة قدرا ووصفا وقولنا قابلة للبذل والإباحة فيه احتراز عن استئجار الآت اللهو كالطنبور والمزمار والرباب ونحوها فإن استئجارها حرام ويحرم بذل الأجرة في مقابلتها ويحرم اخذ الأجرة لأنه من قبيل أكل أموال الناس بالباطل وكذا لا يجوز استئجار المغاني ولا استئجار شخص لحمل خمر ونحوه ولا لجبي المكوس والرشا وجميع المحرمات عافانا الله تعالى منها
33. مغني المحتاج الجزء الثاني ص: 337
ولا استئجار لتعليم التوراة والإنجيل والسحر والفحش والنجوم والرمل ولا لختان الصغير الذي لا يحتمل ولا لختان الكبير في شدة الحر والبرد ولا لتثقيب الأذن ولو لأنثى ولا للزمر والنياحة وحمل المحترمة لا للإراقة ولا لتصوير الحيوانات وسائر المحرمات وجعل في التنبيه من المحرمات الغناء وفيه كلام ذكرته في شرحه ولا يجوز أخذ العوض على شيء من ذلك كبيع الميتة أما الاستئجار على حمل الخمر للإراقة أو حمل المحترمة فجائز كنقل الميتة إلى المزبلة وكما يحرم أخذ الأجرة على المحرم يحرم إعطاؤها إلا لضرورة كفك الأسير وإعطاء الشاعر لئلا يهجوه الظالم ليدفع ظلمه والحاكم ليحكم بالحق فلا يحرم الإعطاء عليها
34. يسألونك فى الدين والحياة الجزء الاول ص 644-645
السؤال هل مشاهدة السينما حرام ؟ ومارأي علماء الأزهر الشريف فى ذلك ؟ الجواب السينما لون من ألوان التمثيل المعروف بين الناس وإن كانت السينما تعتمد على الصورة أكثر من المسرح والمراد من التمثيل كما يقرره أهلوه هو عرض مشاهد الحياة والأحياء بصورة تحليلية بقصد تجسيم الأخطاء لتجنبها وتمجيد الفضائل للاستمساك بها وضرب الأمثال والعبر بطريق فني لا يظهر فيها الوعظ أو الإرشاد إلا بطريق الإيجاء أو بطريق غبر مباشر -الى ان قال- أما إذا تضمن التمثيل سواء أكان سينمائيا أو مسرحيا إثارة للغرائر أو تهجما على العقائد أو تطاولا على الفضائل أو تحبيبا فى الرذائل أو عرضا لما لا يجوز عرضه أو إبداؤه أو كشفه فإن التمثيل فى هذا الوضع يكون حراما لأنه يؤدي إلى الفساد أو الشر وما يؤدي إلى الحرام فهو حرام أخذا بالمبدأ المعروف فى الدين وهو مبدأ سد الذرائع.
35. المجموع شرح المهذب - (ج 9 / ص 254)
(فرع) في بيع القينة بفتح القاف وهى الجارية المغنية فإذا كانت تساوى الفا بغير غناء والفين مع الغناء فان باعها بألف صح البيع بلا خلاف وإن باعها بألفين ففيها ثلاثة اوجه ذكرها إمام الحرمين وغيره (اصحها) يصح بيعها وبه قال ابو بكر الازدي لانها عين طاهرة منتفع بها فجاز بيعها بأكثر من قيمتها كسائر الاعيان (والثاني) لا يصح قاله ابو بكر المحمودى من اصحابنالان الالف تصير في معنى المقابل للغناء (والثالث) ان قصد الغناء بطل البيع والا فلا قال الشيخ أبو زيد المروزى * قال امام الحرمين القياس السديد هو الجزم بالصحة ذكره في فروع مبتورة عند كتاب الصداق
c.       Dicukupkan dengan jawaban a.
2.       Apakah Suara Wanita Termasuk Aurat ?
Apakah suara wanita itu termasuk aurat ?
Jawab : Bukan termasuk aurat menurut pendapat yang kuat (ashoh).
Ta’bir : Bujairimi Alal Khotib juz II hal. 70.
I’anatuth Tholibin juz III hal. 260.
فى البجيرمي على الخطيب 2/70 مانصه : الثالث أنها تخفض صوتها إن صلت بحضرة الرجال الأجانب دفعا للفتنة وإن كان الأصح أن صوتها ليس بعورة.
وفى إعانة الطالبين 3/260 مانصه : وليس من العورة الصوت أى صوت المرأة الى أن قال وفى البجيرمي وصوتها ليس بعورة على الأصح.
·       Suara wanita itu bukan aurat sehingga boleh mendengarkannya kecuali jika dikhawatirkan akan mendatangkan fitnah atau dinikmati kemerduannya.
Dasar pengambilan Kitab Ianatut Thalibin juz III, halaman 260:
وَلَيْسَ مِنَ العَوْرَةِ الصَّوتُ اى صَوتُ المَرْأةِ وَمِثْلُهُ صَوْتُ الأمْرَدِ فَيَحِلُّ سَمَاعُهُ مَالَمْ تَخْشَ فِتْنَةٌ او يُلْتَذُّ بِهِ وَإلاَّ حَرُمَ... إلَى أنْ قَالَ: وَلَو بِنَحْوِ القُرْآنِ.
Suara itu tidaklah termasuk aurat, artinya suara wanita dan yang seperti suara pemuda yang belum berjenggot. Maka halal mendengarkan suara tersebut selama tidak dikhawatirkan mendatangkan fitnah atau dirasakan kenikmatan/ kemerduannya. Jika tidak demikian, maka hukumnya haram… sampai kepada ucapan mushannif: meskipun semisal mendengarkan bacaan al Quran.

L.              MINUMAN YANG BERALKOHOL.
Setelah kami membaca isi terbitan majalah AULA bulan juni 1996 tentang “Alkohol dalam makanan, obat dan kosmetik” yang disampaikan Suyono, Drs. MPd. Disitu dijelaskan bahwa hampir semua kebutuhan hidup manusia ada/dicampuri dengan alkohol, malahan lebih istimewa lagi alkohol di otak berfungsi sebagi depressen (penekan) yang mana kekuatan menekannya tergantung besar kecilnya kadar alkohol yang ada dalam darah.
1.        Bagaimana status hukumnya alkohol yang sengaja dibuat oleh manusia?
2.        Kalau alkohol itu dihukumi halal dan suci, kenapa bila dicampur dengan minuman dengan kadar tertentu (agak banyak) bisa mengakibatkan mabuk pada peminumnya sehingga dihukumi haram dan najis?
3.        Sedangkan kalau alkohol itu dihukumi haram dan najis, bagaimana kita bisa hidup, sebab hampir semua kebutuhan hidup manusia itu memerlukan alkohol.
4.        Kalau alkohol itu dihukumi haram dan najis karena kadar terlalu besar, bagaimana hukumnya meminum obat (pil) yang kadar alkoholnya juga besar, bahkan lebih besar sebab obat-obatan itu dibuat dari dedaunan?
Jawaban:
Apa yang tertulis pada majalah Aula terbitan bulan Juni 1996 tentang ‘alkohol’ adalah benar. Hanya saja mungkin anda kurang teliti dalam memahami, karena dalam artikel tersebut sebenarnya tidak disebutkan bahwa:
·           Hampir semua kebutuhan hidup manusia ada/dicampuri alkohol.
·           Bernafas juga butuh alkohol.
Untuk itu harap anda menelaah kembali artikel tersebut dengan cermat. Adapun pertanyaan yang anda sampaikan, dapat kami jawab sebagai berikut:
1.        Alkohol yang sengaja dibuat oleh manusia itu hukumnya ada dua macam, ada yang memabukkan dan ada yang tidak memabukkan. Adapun yang memabukkan, hukumnya najis dan haram meminumnya.
Dasar pengambilan:
Kitab al Majmu’ Syarah al Muhadzdzab Juz 2 halaman 564:
وَأمَّا النَّبِيْذُ فَقِسْمَانِ مُسْكِرٌ وَغَيْرُهُ: فَالمُسْكِرُ نَجِسٌ عِنْدَنَا وَعِنْدَ جُمْهُورِ العُلَمَاء وَشُرْبُهُ حَرَامٌ, وَلَهُ حُكْمُ الخَمْرِ فِى التَنْجِيْسِ وَالتَّحْرِيْمِ وَوُجُوبِ الحَدِّ.
Adapun Alkohol yang dihasilkan dari perasan buah itu, ada dua macam: memabukkan dan tidak memabukkan. Adapun yang memabukkan adalah najis menurut kami dan menurut jumhur ulama, dan meminumnya adalah haram. Dia mempunyai hukum arak dalam hal menajiskan dan mengharamkan serta kewajiban hukum had.
2.        Alkohol itu memang ada yang halal dan suci seperti alkohol yang terdapat dalam air tape, buah apel, buah anggur dan lain sebagainya. Akan tetapi kalau air tape itu misalnya didiamkan beberapa hari sampai keadaannya dapat memabukkan jika diminum, maka menjadi tidak halal dan tidak suci.
Jadi illat yang membuat tidak halal dan tidak suci adalah sifatnya yang memabukkan. Anda tentu tahu bahwa air nira (legen) dari enau, siwalan, atau kelapa itu halal dan suci. Tetapi manakala nira tersebut telah berubah menjadi tuak, maka hukumnya haram dan najis. Dan jika tuak tersebut telah berubah dengan sendirinya menjadi cuka, maka hukumnya kembali menjadi halal dan suci.
3.        Kehidupan manusia itu sebenarnya tidak harus memerlukan alkohol seperti apa yang saya pahami dari artikel yang ada di majalah AULA bulan Juni 1996 tentang alkohol tersebut. Barang kali ada baiknya jika anda menelaah kembali dengan lebih teliti.
4.        Kami telah menghubungi seorang dokter, dan ternyata obat-obatan yang berupa pil itu tidak mengandung alkohol, kecuali beberapa jenis tertentu dari obat sirup.

M.          ROKOK